Kamis, 11 September 2014

KAYA DI HADAPAN ALLAH

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata :"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah". (Lukas 6:20).

          Seringkali orang membangun  hidup dan harga dirinya di atas harta, uang, pangkat dan kemewahan. Kekayaan sering membuat orang lupa daratan, dan kemiskinan biasanya membuat orang terpenjara di dalam kesedihan serta keluhan.

          Sabda bahagia dalam Injil Lukas 6:20 ingin mengajak setiap orang untuk mempunyai kebebasan batin, meskipun terbelit persoalan kemiskinan atau terjerat ikatan kekayaan. Seperti yang dikatakan oleh St. Ignatius Loyola, bahwa kekayaan hanyalah sarana bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.

          Tujuan hidup manusia adalah menjadi kaya di hadapan Allah dengan senantiasa memuji, menghormati dan mengabdi-Nya. Dengan demikian akan menyelamatkan hidupnya. Karena hanya sebagai sarana, maka kekayan sifatnya relatif. Artinya : lebih baik kita hidup dengan sedikit harta, tapi hidup kita bisa dipersembahkan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan, daripada hidup bergelimang harta, tetapi tidak pernah merasa dekat dan dicintai oleh Tuhan.

Marilah kita  meletakkan kebahagiaan kita bukan pada harta dunia (having) atau prestasi hidup (doing) kita, tetapi pada keberadaan (being) kita  karena siapapun dan bagaimanapun keadaan kita, kita tetap dicintai Tuhan. 

Kesadaran inilah yang akan membebaskan kita dari keterikatan terhadap harta. Sekali lagi, harta itu hanyalah sarana untuk mencapai tujuan hidup kita, yaitu menjadi kaya di hadapan    Allah.
(Oleh:RD Yohanes Dedy Setiawan, Renungan Pria Katolik, Rabu 10 September 2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SECARIK TIKET KERETA

Dalam suatu kereta Ekonomi yang non AC, seorang Eksekutif muda, dengan jas elegan naik di sana. Sesak2an dengan  penumpang lain. Sesaat kemu...