Pada suatu hari, seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan di samping mobilnya. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya tersebut sedang membutuhkan pertolongan.
Meskipun si pria itu tersenyum, namun si wanita nyonya itu kelihatan ketakutan. Tak ada seorangpun yang lewat berhenti untuk menolongnya selama beberapa jam berlalu ini. "Apakah pria ini akan melukainya atau dia orang jahat", pikirnya. "Tapi si pria ini kelihatan miskin dan kelaparan"
Pria itu mengetahui bagaimana perasaan si wanita itu. Kata pria itu, "Saya ke sini untuk menolong anda, nyonya. Masuk saja ke dalam mobil supaya anda merasa hangat ! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson". Sebenarnya si nyonya hanya mengalami ban mobilnya kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia kejadian itu cukup buruk dan sangat mengesalkan.
Ketika pria itu tinggal mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan
kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia biasa menolong orang lain tanpa pamrih dan ia juga sudah biasa menolong orang yang sedang dalam kesulitan. Dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya waktu yang lalu. Bryan berkata: "Nyonya tak perlu membayar, hanya jika nyonya melihat ada orang yang membutuhkan, tolonglah dia!".
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia
berhenti dan turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil. Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih utuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan kafe itu.
berhenti dan turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil. Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih utuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan kafe itu.
Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan yang telah menolongnya.
Setelah wanita itu menyelesaikan makannya, ia membayar dengan tambahan biaya untuk pelayan itu agar ada tambahan uang yang cukup besar untuk biaya melahirkan nanti. Ada butiran air mata ketika pelayan itu mendengar perkataan wanita itu, "Engkau tidak berhutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan : "Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu".
Pelayan yang hamil itupun pulang ke rumahnya. Ia tahu betapa suaminya amat kawatir tentang keadaan mereka. Dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan hamil itu memberikan ciuman lembut pada suaminya dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres, suamiku, kita telah mendapatkan uang untuk melahirkan bayi nanti. Saya mencintaimu, Bryan Anderson!".
Bryan telah menolong orang dengan tulus. Tapi Tuhan tak buta dengan perbuatannya menolong oran lain. Ternyata pelayan hamil di kafe itu adalah istri Bryan. Dan Bryan yang menolong wanita lanjut itu dengan tulus, ternyata mendapat bantuan yang tulus juga. Tapi kini sikap itu telah berjalan bagai "rantai kasih" yang tak pernah putus.
Ada pepatah lama yang mengatakan : "Berilah maka engkau akan diberi".(NN).
(sumber : Percikan Hati, vol.8, No.1, Sept.2009)
Terima kasih, selamat siang.
Salam kasih, Ronny S.
Sario Tumpaan, 19 Mei 2012.
Terima kasih, selamat siang.
Salam kasih, Ronny S.
Sario Tumpaan, 19 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar