Sabtu, 26 Mei 2012

SANDAL KULIT RAJA

     Seorang Raja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana, kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, "Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaharuinya."
     Raja lalu memanggil seluruh menteri ke istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri. Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Raja.
     Ia berkata kepada Raja, "Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak mengambil sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanya dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja?"
     Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang sekarang kita sebut  'sandal'.

     Ada pelajaran yang berharga dari cerita ini. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita dan diri kita sendiri dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu.

Karena kita seringkali keliru dalam ,menafsirkan dunia. Dalam pikiran kita kadang-kadang dunia hanyalah suatu bentuk personal. Dunia kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab seringkali dalam pandangan kita dunia adalah bayangan diri kita sendiri. Ya, memang, jalan kehidupan yang kita temui masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu? (Cerita bijak oleh : Yustinus Sumantri HP, SJ).






Rabu, 23 Mei 2012

KOMANDAN KAPAL PERANG YANG ANGKUH

          Kisah nyata ini mengenai Komandan
kapal perang yang mengalami perubahan cara berpikir karena berhadapan dengan realita baru. Kisahnya terjadi ketika kapal perang AS melakukan latihan perang. Begitu malam tiba, kapal perang tersebut menembus kabut tebal ketika pengintai melaporkan adanya cahaya lampu.

     Kapten kapal menyuruh mengirim pesan, "Kita mau tabrakan. Harap anda putar 20 derajat".
     Dari balik kabut datang jawaban, "Anda yang harus putar haluan".
     Kapten mengirim pesan kembali, "Saya Kapten. Putar haluan anda 20 derajat".
     Jawabannya, "Saya Kelasi. Sebaiknya anda putar haluan".

     Kapten menjadi geram dan lagi-lagi mengirim pesan, "Ini kapal perang! Putar haluan anda 20 derajat!"
     Jawabannya, "Ini Mercu Suar!"


"Kabut dan kegelapan yang menghalangi pandangan Sang Kapten mempunyai banyak kesamaan dengan hidup sehari-hari. Sedangkan prinsip-prinsip, seperti integritas dan kejujuran, pelayanan dan pemberian yang terbaik, adalah mirip dengan mercu suar". (


Tikala Baru, 23 Mei 2012.

Sabtu, 19 Mei 2012

BICARA DENGAN BAHASA HATI

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukan oleh cinta.

Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.

Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.

Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
 

Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

     Semua itu haruslah berasal dari hati anda. Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula. Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.
     Anda tak akan dapat menghentikan tangis bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai manisan dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.
     Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda. (NN).

RANTAI KEBAIKAN


     Pada suatu hari, seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan di samping mobilnya. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya tersebut sedang membutuhkan pertolongan.
     Meskipun si pria itu tersenyum, namun si wanita nyonya itu kelihatan ketakutan. Tak ada seorangpun yang lewat berhenti untuk menolongnya selama beberapa jam berlalu ini. "Apakah pria ini akan melukainya atau dia orang jahat", pikirnya. "Tapi si pria ini kelihatan miskin dan kelaparan"

     Pria itu mengetahui bagaimana perasaan si wanita itu. Kata pria itu, "Saya ke sini untuk menolong anda, nyonya. Masuk saja ke dalam mobil  supaya anda merasa hangat !  Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson". Sebenarnya si nyonya hanya mengalami ban mobilnya kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia kejadian itu cukup buruk dan sangat mengesalkan.

     Ketika pria itu tinggal mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan
kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

      Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia biasa menolong orang lain tanpa pamrih dan ia juga sudah biasa menolong orang yang sedang dalam kesulitan. Dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya waktu yang lalu. Bryan berkata: "Nyonya tak perlu membayar, hanya jika nyonya melihat ada orang yang membutuhkan, tolonglah dia!".

     Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia
berhenti dan turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil. Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih utuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan kafe itu.

     Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan  yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan yang telah menolongnya.

     Setelah wanita itu menyelesaikan makannya, ia membayar dengan tambahan biaya untuk pelayan itu agar ada tambahan uang yang cukup besar untuk biaya melahirkan nanti. Ada butiran air mata ketika pelayan itu mendengar perkataan wanita itu, "Engkau tidak berhutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan : "Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu".

     Pelayan yang hamil itupun pulang ke rumahnya. Ia tahu betapa suaminya amat kawatir tentang keadaan mereka. Dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan hamil itu memberikan ciuman lembut pada suaminya dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres, suamiku, kita telah mendapatkan uang untuk melahirkan bayi nanti. Saya mencintaimu, Bryan Anderson!".

     Bryan telah menolong orang dengan tulus. Tapi Tuhan tak buta dengan perbuatannya menolong oran lain. Ternyata pelayan hamil di kafe itu adalah istri Bryan. Dan Bryan yang menolong wanita lanjut itu dengan tulus, ternyata mendapat bantuan yang tulus juga. Tapi kini sikap itu telah berjalan bagai "rantai kasih" yang tak pernah putus. 
     Ada pepatah lama yang mengatakan : "Berilah maka engkau akan diberi".(NN).
(sumber : Percikan Hati, vol.8, No.1, Sept.2009)



Terima kasih, selamat siang.
Salam kasih, Ronny S.


Sario Tumpaan, 19 Mei 2012.

    
   

Minggu, 06 Mei 2012

B I O G R A F I

      Sebuah saluran televisi yang 100% acaranya adalah tentang biografi dan sejarah tengah membahas biografi seorang wanita yang cukup dikenal. Saya menonton acara ini selama 60 menit dan 45 menit pertama membuat saya terkagum-kagum. Berawal dari kisahnya sejak berusia 4 tahun yang sangat rajin ke gereja dan tidak pernah absen mengikuti ibunya saat mengunjungi panti asuhan untuk berbagi berkat.
       Saat berusia remaja, ia menjadi anggota paduan suara di gerejanya. Ibunya bahkan menyimpan fotonya di setiap pelayanannya saat menjadi anggota paduan suara. 
       Saat berusia 17 tahun, ia diminta oleh sebuah yayasan untuk menjadi icon anti seks bebas karena hingga di usianya 17 tahun, ia sangat luar biasa, bahkan cara berpakaiannyapun sangat rapih, tidak ada rok mini, baju ketat atau pamer dada. 
      Saya semakin kagum karena hingga usia 24 tahun saat ia menikah; ia menikah dalam pernikahan kudus di gereja. Ia dan suami dikaruniai seorang putera dan pernikahan mereka sangat bahagia. Ia melakukan banyak kampanye tentang AIDS, HIV, Narkoba, Seks bebas dan akhirnya menjadi pembicara yang cukup terkenal dan menulis beberapa buku yang menjadi best seller.
      Di usianya yang ke-34, ia diminta untuk menjadi bintang iklan beberapa produk dan juga iklan beberapa pesan sosial. Dengan penghasilan yang semakin banyak, saya semakin salut karena puluhan persen penghasilannya ia sumbangkan untuk anak-anak yang kelaparan, korban bencana alam, panti jompo dan panti asuhan. 
     Karena hatinya yang begitu mengasihi orang-orang miskin dan mengalami masa-masa sulit, ia diutus negara untuk menjadi wakil kenegaraan membawa bantuan dan membangun klinik di Somalia. Ia berada di sana selama 5 bulan meninggalkan suami dan anaknya. Tapi kepergiannya disetujui oleh sang suami yang bekerja sebagai dosen di sebuah universitas. 
      Sepulangnya dari Somalia, ia menggugat cerai suaminya. Saya mulai bertanya-tanya karena wanita ini identik dengan perkataan-perkataannya yang rohani dalam setiap wawancara dengan media. Bahkan beberapa foto di media menujukkan bahwa dia selalu membawa alkitab kecil kemanapun ia pergi. Gugatan cerainya menjadi tanda tanya besar, terlebih lagi saat pulang dari Somalia ia hamil dengan usia kandungan 3 bulan. 
     Akhir cerita wanita yang menginspirasi banyak orang ini adalah menghancurkan semua hal baik yang telah ia bangun sejak kecil hanya karena sebuah perselingkuhan atau hawa nafsu. Kisah biografinya ditutup dengan kasus korupsi dana sumbangan pangan bagi Somalia. 
      Pembaca, bagaimana biografi hidup kita selama kita bersama-sama dengan Tuhan? Apakah dari kasih mula-mula semua kisah kita sangat baik, benar dan menginspirasi banyak orang? Lalu bagaimana kisah hidup kita ketika masalah datang dan godaan ada di depan mata? Apakah biografi perjalanan hidup kita dengan Tuhan semakin baik dan semakin membangun hubungan yang intim dengan Tuhan? Atau malah berakhir dengan pemberontakan, kejahatan, kemunafikan dan pelanggaran? 
     Seorang sarjana theologi berakhir menjadi tukang bakso karena kecewa kepada Tuhan. Seorang pendeta menceraikan istrinya dan memilih menjadi pengusaha karena perselingkuhan dan hawa nafsu. Seorang pendoa syafaat bunuh diri karena masalah ekonomi. Seorang anak Tuhan memilih meninggalkan Yesus demi menikahi pria yang ia cintai dengan alasan tambahan "daripada jadi perawan tua". 
      Pembaca, akan lebih baik jika biografi perjalanan hidup kita menceritakan bagaimana awal hidup kita yang jauh dari Tuhan, hidup dalam dosa namun berakhir di bawah kaki Kristus; kristen yang sejati, takut akan Tuhan dan memuliakan nama Tuhan. Seperti kisah Rasul Paulus yang awalnya sebagai pembunuh, Matius yang awalnya memungut cukai yang bahkan berusaha mencekik banyak orang dengan jumlah tagihan yang cukup besar, atau Yunus yang tidak taat dan tidak dengar-dengaran. Pembaca, Tuhan memiliki sebuah buku untuk setiap orang di mana Ia akan menuliskan kisah perjalanan iman kita selama kita mengenal Dia. Bagaimana kita akan mengakhiri halaman terakhir dari buku itu? Tergantung anda, it's up to you.
(OLEH : Vlorin).

SECARIK TIKET KERETA

Dalam suatu kereta Ekonomi yang non AC, seorang Eksekutif muda, dengan jas elegan naik di sana. Sesak2an dengan  penumpang lain. Sesaat kemu...