Sabtu, 21 April 2012

ANTARA AYAH, ANAK DAN BURUNG GAGAK

     Pada suatu petang, seorang bapak bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi, duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Sang ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?" "Burung gagak", jawab si anak. Sang ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Sang anak menyangkah ayahnya kurang mendengar jawaban tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak, ayah!" Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Sang anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK!!" Sang ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada kseal kepada si ayah, "Itu gagak,ayah!". Tetapi agak mengejutkan si anak, karena sang ayah sekali lagi mwmbuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini sang anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah, "Ayah!!!Saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya juga sudah memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan??? Itu burung gagak, burung gagak, ayah.....", kata sang anak dengan nada yang begitu marah. 
     Sang ayah lalu bangun dan menuju kedalam rumah meninggalkan sang anak yang kebi gungan. Sesaat kemudian sang ayah keluar lagi de gan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. 
     Diperlihatkannya sebuah diary lama."Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diary ini", pinta sang ayah. Sang anak setuju dan membaca paragraf yang berikut : "Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk kearah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?" Dan aku menjawab, "Burung gagak". Walau bagaimanapun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Hingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. "Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak". 
     Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah". 
     Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yang telah ia perbuat. 


   Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka. Juga orang yang kita tuakan Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita di waktu kecil saat kita belum tahu apa-apa. Kita juga sudah banyak mempelajari berkenaan dengan berbakti dan menghormati orang tua atau yang dituakan. Tetapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi diamalkan? Gereja Katolik dan Bunda Maria sudah banyak mengajari dan berbuat kepada kita. Apa yang kini aka kita lakukan buat mereka?

 (Sumber: Gemalo, Edisi 16 Tahun 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SECARIK TIKET KERETA

Dalam suatu kereta Ekonomi yang non AC, seorang Eksekutif muda, dengan jas elegan naik di sana. Sesak2an dengan  penumpang lain. Sesaat kemu...