Senin, 23 April 2012

AKU MENDAMBAKAN ROMO YANG......

Aku mendambakan Romo yang penuh kasih, bukan plilih kasih. 
Aku mendambakan Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean itu berarti pemberian umat sebagai tanda cinta, tanda hormat.
 Aku mendambakan Romo yang galak tapi sumanak, kaku pada dogma, tapi lucu kala canda, yang lebih sering memegang rosario dibanding BB. 
Aku mendambakan Romo yang lebih banyak mendengar dibandingkan berujar.
 Aku mendambakan Romo yang menampung air mataku tanpa ikut menangis, yang mengubah putus asa menjadi harapan yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual.
 Duuuuhhh, damba dan inginku banyak, banyak sekali tapi aku percaya tetap terpenuhi karena Romoku mau dan mampu selalu memberi.
 Inilah damba dan doaku, Romoku. Eeehh, masih ada satu lagi, sekali mengenakan jubah, jangan berubah, jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah bahkan sampai ada laut terbelah, kenakan terus jubahmu, itulah khotbah yang hidup agar aku bisa menjamah seperti perempuan Samaria pada Yesus, Allah, Tuhanku. Aku mendambakan Romo yang menatapku kalem bersuara adem.- (oleh : Arswendo Atmowiloto).

Minggu, 22 April 2012

PEMENANG DALAM DIRI SENDIRI

     Sore hari di tengah telaga, ada dua orang yang sedang memancing. Mereka adalah ayah dan anak yang menghabiskan waktu mereka di sana. Dengan perahu kecil mereka sibuk mengatur pancing dan umpan. Air telaga bergoyang perlahan dan membentuk riak-riak kecil di air. Gelombangnya mengalun menuju tepian menyentuh sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang, hingga terdengar sebuah percakapan. "Ayah". "Hmm...ya...," sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur. "Tadi malam aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku,ada dua ekor singa yang sedang berkelahi. Gigi-gigi mereka telihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk mencakar dan menggeram, saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan", ucap sang anak.
     Anak muda ini terdiam sesaat, lalu mulai melanjutkan cerita, "Singa yang pertama terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannyapun kokoh dan bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku". 
   Ayah mulai menolehkan kepala dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan. "Tapi singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana kemari. Punggungnyapun kotor dan bulunya koyak. Suaranya parau dan menakutkan. Aku bingung, maksud dari mimpi ini apa? Lalu singa yang mana yang akan memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat?"   
   Melihat anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang ayah mulai angkat bicara. Dipegangnya punggung anak itu di depannya, sambil tersenyum, ayah berkata: "Pemenangnya adalah yang paling sering kamu beri makan". Ayah kembali tersenyum dan mengambil pancingnya, lalu dengan satu hentakan kuat dilontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali pusaran-pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa sayap-sayap angsa putih di tepian telaga.

   Setiap diri kita memiliki "singa" yang saling bertolak belakang. Masing-masing ingin menjadi pemenang, dengan menjatuhkan salah satunya. Singa-singa itu adalah gambaran dari sifat yang kita miliki : kebaikan dan keburukan. Dua sifat ini sama-sama memiliki peluang untuk menjadi pemenang dan kita pun dapat mengambil sikap untuk memenangkan salah satunya. Semua tergantung dengan singa mana yang sering kita beri makan. (Sumber: Motivasi_bab2.pdf)

DOA SEORANG PRAJURIT BAGI PUTERANYA

     Tuhanku,bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari manakala ia lemah. Dan cukup berani untuk menghadapi dirinya sendiri manakala ia takut. Menjadi manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan, rendah hati dan jujur dalam kemenangan.
      Bentuklah puteraku menjadi seorang yang kuat dan mengerti, bahwa mengetahui serta mengenal diri sendiri adalah dasar dari segala ilmu yang benar.
     Tuhanku, janganlah puteraku Kau bimbing pada jalan yang mudah dan lunak. Biarlah Kau bawa dia ke dalam gelombang dan desak kesulitan dalam tantangan hidup. Bimbinglah puteraku, supaya dia mampu tegak berdiri di tengah badai, serta berwelas-asih kepada mereka yang jatuh.
     Bentuklah puteraku menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit, menjadi seorang manusia yang sanggup memimpin dirinya sendiri
sebelum memimpin orang lain, menjadi seorang manusia yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa lampau.
     Dan setelah segala menjadi miliknya, semoga puteraku dilengkapi hati yang ringan untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh namun jangan sekali-kali berlebihan. Berikan kepadanya kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang hakiki, pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dari kekuatan yang sebenarnya sehingga aku, orang tuanya, akan berani berkata : "hidupku tidaklah sia-sia".

(Douglas Mac Arthur - ditulis pada masa-masa paling sulit di awal perang Pasific).

Sabtu, 21 April 2012

ANTARA AYAH, ANAK DAN BURUNG GAGAK

     Pada suatu petang, seorang bapak bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi, duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Sang ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?" "Burung gagak", jawab si anak. Sang ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Sang anak menyangkah ayahnya kurang mendengar jawaban tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak, ayah!" Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Sang anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK!!" Sang ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada kseal kepada si ayah, "Itu gagak,ayah!". Tetapi agak mengejutkan si anak, karena sang ayah sekali lagi mwmbuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini sang anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah, "Ayah!!!Saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya juga sudah memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan??? Itu burung gagak, burung gagak, ayah.....", kata sang anak dengan nada yang begitu marah. 
     Sang ayah lalu bangun dan menuju kedalam rumah meninggalkan sang anak yang kebi gungan. Sesaat kemudian sang ayah keluar lagi de gan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. 
     Diperlihatkannya sebuah diary lama."Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diary ini", pinta sang ayah. Sang anak setuju dan membaca paragraf yang berikut : "Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk kearah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?" Dan aku menjawab, "Burung gagak". Walau bagaimanapun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Hingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. "Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak". 
     Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah". 
     Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yang telah ia perbuat. 


   Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka. Juga orang yang kita tuakan Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kita di waktu kecil saat kita belum tahu apa-apa. Kita juga sudah banyak mempelajari berkenaan dengan berbakti dan menghormati orang tua atau yang dituakan. Tetapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi diamalkan? Gereja Katolik dan Bunda Maria sudah banyak mengajari dan berbuat kepada kita. Apa yang kini aka kita lakukan buat mereka?

 (Sumber: Gemalo, Edisi 16 Tahun 2011).

SECARIK TIKET KERETA

Dalam suatu kereta Ekonomi yang non AC, seorang Eksekutif muda, dengan jas elegan naik di sana. Sesak2an dengan  penumpang lain. Sesaat kemu...