Rabu, 28 Februari 2018

KESOMBONGAN HANYA MEMBAWA KITA PADA KEJATUHAN YANG LEBIH DALAM

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan.
Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja,
guru mengangkat air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya.

Pria itu bertanya:
"Apa yang sedang anda lakukan Guru..?"

 Sang Guru menjawab:
"Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat.
Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi
mereka.
Mereka pun tampak puas sekali.
Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat.
Kesombongan saya mulai bermunculan.
Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.

Sombong adalah Penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.

Ada tiga tingkat Kesombongan dalam diri manusia :

1. Di tingkat pertama:
Sombong disebabkan oleh faktor
materi.
Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

2. Di tingkat kedua :
Sombong disebabkan oleh faktor Kecerdasan.
Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

3. Di tingkat ketiga :
Sombong disebabkan oleh faktor Kebaikan.
Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik..
Semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya..

Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari  kita memeriksa hati kita.
Karena setiap hal yang baik dan yang bisa kita lakukan, semua HANYA KARENA ANUGERAH-NYA.

Kita ini manusia hanya seperti debu, yang suatu saat akan
hilang dan lenyap.
   
KESOMBONGAN HANYA AKAN MEMBAWA KITA PADA KEJATUHAN YANG LEBIH DALAM..

Semoga kita dijauhkan dari sifat2 sombong.  Bangga diri dapat merusak amal ibadah kita.

ONLY BY HIS GRACE !
Just be smart.


Kantor Pusat Unsrat, Kampus Bahu Manado, 28 Pebruari 2018.

Sabtu, 10 Februari 2018

SEBUAH KISAH INSPIRATIF



======>>
HELEN, perempuan kulit hitam di ALABAMA, Amerika Serikat, tertangkap basah mencuri di sebuah supermarket. MARK, polisi yang dipanggil untuk menahannya, menemukan
bahwa yang dicuri HELEN hanyalah 5 butir telur karena sudah 2 hari ia dan anak-anaknya tak makan. MARK yang merasa iba tak jadi menangkapnya. Ia malah membelikan HELEN sekeranjang telur lalu mengantarnya pulang ke rumah.

Keesokan harinya, MARK dan beberapa rekan polisinya datang ke rumah HELEN dengan 2 mobil penuh berisi bahan makanan dan keperluan sehari-hari.
HELEN meratap dan berkata : "Kamu tak perlu melakukan ini. Terlalu berlebihan bagi kami..."
Namun MARK menjawab :  "Terkadang KEBUTUHAN kita pada KEMANUSIAAN lebih besar daripada KEBUTUHAN kita pada HUKUM..."
========>>

MY NOTE :

Kejadian di AS ini bisa jadi suri teladan buat anak bangsa kita. Bayangkan yang pernah terjadi di Indonesia malah sebaliknya, beberapa buktinya :
1. Nenek Asyani, 63 thn, pd 2015 di PN Situbondo dijatuhi hukuman 1 thn penjara karena
     dituduh mencuri 2 btg kayu jati Perhutani, padahal itu dari kebun Alm. suaminya.
2. Nenek Sumiati, 72 thn, dituntut penjara 2 thn krn mencuri 3 bh pepaya krn merasa
     lapar sudah 5 hari tidak makan.
3. Nenek Minah di Banyumas dipenjara 1,5 thn krn mencuri 3 bh kakao yg hanya seharga
     Rp 5.000,-
4. Anak di bawah umur, AAL, dituntut 5 thn penjara krn mencuri sandal milik seorg polisi.
Dan ada banyak lagi kisah-kisah pilu yang melibatkan orang-orang miskin di NKRI ini.
Miris memang.
Kata mereka, hukum di Negara kita seperti pisau, tajam di bawah tumpul di atas. Tambah mereka bhw hukum sudah merupakan komoditas mereka yg di atas, bisa dijual bebas, selagi ada uang pelicin urusan tuntas.
Harusnya Petinggi Hukum di Negara kita meneladani jawaban MARK di atas, :
"Terkadang KEBUTUHAN kita pada KEMANUSIAAN lebih besar daripada KEBUTUHAN kita pada HUKUM".
Wallahu A'lam  !


Tikala Baru, 10 Pebruari 2018.

Rabu, 07 Februari 2018

MURID BODOH

Seorang guru bahasa Arab pengganti memasuki ruangan
kelas di sebuah Madrasah Ibtidaiyah.
Ia menggantikan guru pelajaran itu sampai akhir semester

Ia memulai pembelajaran di kelas itu.
Ketika ia bertanya pada seorang murid laki-laki yang duduk di bangku depan, ia bingung karena tiba-tiba suasana kelas menjadi riuh, murid-murid lain tertawa tanpa sebab.

Karena sudah kenyang dengan pengalaman mengajar, ia faham betul, pastilah ada sesuatu yang ditertawakan oleh anak-anak di kelas itu pada diri anak laki-laki yang ditanya olehnya tadi. 

Setelah diselidiki ternyata anak laki-laki itu dikenal sebagai murid yang paling bodoh di kelas itu.
Teman-temannya begitu meremehkan nya sehingga sering mengolok-olok dan mentertawakannya. 

Suatu hari seusai pelajaran ia memanggil murid yang
dianggap bodoh itu setelah seluruh teman-temannya pulang.

Ia berkata sambil memberikan secarik kertas:

“Hafalkan bait-bait syair yang ada di kertas ini. Harus hafal betul. Dan ingat jangan engkau beritahukan kepada teman-temanmu, siapapun !”

Murid itu mengangguk patuh.

Seminggu kemudian, guru menyampaikan pelajaran baru di kelas itu, ia menulis syair di papan tulis, menerangkannya dan membacakannya berulang-ulang.
Setelah itu ia berkata;

“Nah sekarang siapa yang hafal bait-bait syair ini ?”
tanyanya sambil perlahan ia menghapus tulisan syair itu di papan tulis.

Tak seorang murid pun mengangkat tangan kecuali, murid yang dikenal bodoh oleh teman-temannya itu.

Perlahan sambil malu-malu ia berdiri dan menghafalkan bait-bait syair itu. 

Hafalannya lancar sekali.
Teman-temannya yang biasa mengolok-olok dan mentertawakan, semua terkejut dan terdiam.

Guru itu memujinya dan menyuruh teman-temannya untuk bertepuk tangan menghormatinya

Demikianlah berulang kali guru bahasa arab ini memberikan kertas hafalan-hafalan kepada si murid bodoh itu.

Tertawaan dan cemoohan teman-temannya kini berubah menjadi kekaguman padanya. 

Hal ini mendorong perubahan besar pada jiwa si murid itu.
Ia mulai percaya diri dan meyakini bahwa dia tidaklah bodoh.
Ia merasa mampu untuk bersaing dengan teman-teman sekelasnya.
Perubahan ini mendorongnya untk semangat dan ber-sungguh-sungguh belajar di semua mata pelajaran.

Ketika ujian akhir tiba, murid ini berhasil lulus untuk tiap mata pelajaran dengan nilai yang sangat memuaskan. 

*******

Si murid bodoh itu kini menjadi kandidat DOKTOR di sebuah universitas ternama di kotanya..! 

(Kisah ini dia tulis di sebuah koran sebagai pujian dan ungkapan terima kasih kepada gurunya itu.

Ia pun mendoakan agar gurunya itu beroleh pahala dr ALLAH & kebaikan krn jasa2nya) 

*******

Saudaraku...

Manusia yang berteman dengan kita ada dua jenis.
Yang satu jenis manusia yang membuka jalan kebaikan menutup jalan keburukan.

Manusia jenis ini akan selalu memberi kita harapan, optimisme, menolong dan melapangkan.

Yang kedua, jenis manusia yang membuka jalan keburukan menutup jalan kebaikan.

Manusia jenis ini akan selalu memutus harapan dan cita-cita kita.
Ia selalu menebar duri dan kerikil di jalan yang akan kita lalui, berupa pesimisme, putus asa, curiga, buruk sangka 
berbagai hal yang memadamkan semangat kita berkarya.

Ingatlah saudaraku...

Keindahan sikap, tutur dan prilaku, adalah mahkota jiwa.

Pendidikan bukanlah sekadar proses mengisi wadah yang kosong.
Tapi pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran.

Ilmu tanpa budi adalah kerapuhan jiwa. Itulah sebabnya pendidikan berkarakter menjadi kebutuhan mendasar.

Kecerdasan dan karakter adalah terminal sejati pendidikan,
menuju pemuliaan kehidupan.

Semoga kita semua mampu menjadi pendidik yang bijak bagi orang-orang di sekeliling kita.

"Non scholae sed vitae discimus".
😊❤💕

Tikala Baru, 7 Pebruari 2018.

SECARIK TIKET KERETA

Dalam suatu kereta Ekonomi yang non AC, seorang Eksekutif muda, dengan jas elegan naik di sana. Sesak2an dengan  penumpang lain. Sesaat kemu...