Seorang guru bahasa Arab pengganti memasuki ruangan
kelas di sebuah Madrasah Ibtidaiyah.
Ia menggantikan guru pelajaran itu sampai akhir semester
Ia memulai pembelajaran di kelas itu.
Ketika ia bertanya pada seorang murid laki-laki yang duduk di bangku depan, ia bingung karena tiba-tiba suasana kelas menjadi riuh, murid-murid lain tertawa tanpa sebab.
Karena sudah kenyang dengan pengalaman mengajar, ia faham betul, pastilah ada sesuatu yang ditertawakan oleh anak-anak di kelas itu pada diri anak laki-laki yang ditanya olehnya tadi.
Setelah diselidiki ternyata anak laki-laki itu dikenal sebagai murid yang paling bodoh di kelas itu.
Teman-temannya begitu meremehkan nya sehingga sering mengolok-olok dan mentertawakannya.
Suatu hari seusai pelajaran ia memanggil murid yang
dianggap bodoh itu setelah seluruh teman-temannya pulang.
Ia berkata sambil memberikan secarik kertas:
“Hafalkan bait-bait syair yang ada di kertas ini. Harus hafal betul. Dan ingat jangan engkau beritahukan kepada teman-temanmu, siapapun !”
Murid itu mengangguk patuh.
Seminggu kemudian, guru menyampaikan pelajaran baru di kelas itu, ia menulis syair di papan tulis, menerangkannya dan membacakannya berulang-ulang.
Setelah itu ia berkata;
“Nah sekarang siapa yang hafal bait-bait syair ini ?”
tanyanya sambil perlahan ia menghapus tulisan syair itu di papan tulis.
Tak seorang murid pun mengangkat tangan kecuali, murid yang dikenal bodoh oleh teman-temannya itu.
Perlahan sambil malu-malu ia berdiri dan menghafalkan bait-bait syair itu.
Hafalannya lancar sekali.
Teman-temannya yang biasa mengolok-olok dan mentertawakan, semua terkejut dan terdiam.
Guru itu memujinya dan menyuruh teman-temannya untuk bertepuk tangan menghormatinya
Demikianlah berulang kali guru bahasa arab ini memberikan kertas hafalan-hafalan kepada si murid bodoh itu.
Tertawaan dan cemoohan teman-temannya kini berubah menjadi kekaguman padanya.
Hal ini mendorong perubahan besar pada jiwa si murid itu.
Ia mulai percaya diri dan meyakini bahwa dia tidaklah bodoh.
Ia merasa mampu untuk bersaing dengan teman-teman sekelasnya.
Perubahan ini mendorongnya untk semangat dan ber-sungguh-sungguh belajar di semua mata pelajaran.
Ketika ujian akhir tiba, murid ini berhasil lulus untuk tiap mata pelajaran dengan nilai yang sangat memuaskan.
*******
Si murid bodoh itu kini menjadi kandidat DOKTOR di sebuah universitas ternama di kotanya..!
(Kisah ini dia tulis di sebuah koran sebagai pujian dan ungkapan terima kasih kepada gurunya itu.
Ia pun mendoakan agar gurunya itu beroleh pahala dr ALLAH & kebaikan krn jasa2nya)
*******
Manusia yang berteman dengan kita ada dua jenis.
Yang satu jenis manusia yang membuka jalan kebaikan menutup jalan keburukan.
Manusia jenis ini akan selalu memberi kita harapan, optimisme, menolong dan melapangkan.
Yang kedua, jenis manusia yang membuka jalan keburukan menutup jalan kebaikan.
Manusia jenis ini akan selalu memutus harapan dan cita-cita kita.
Ia selalu menebar duri dan kerikil di jalan yang akan kita lalui, berupa pesimisme, putus asa, curiga, buruk sangka
berbagai hal yang memadamkan semangat kita berkarya.
Ingatlah saudaraku...
Keindahan sikap, tutur dan prilaku, adalah mahkota jiwa.
Pendidikan bukanlah sekadar proses mengisi wadah yang kosong.
Tapi pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran.
Ilmu tanpa budi adalah kerapuhan jiwa. Itulah sebabnya pendidikan berkarakter menjadi kebutuhan mendasar.
Kecerdasan dan karakter adalah terminal sejati pendidikan,
menuju pemuliaan kehidupan.
Semoga kita semua mampu menjadi pendidik yang bijak bagi orang-orang di sekeliling kita.
"Non scholae sed vitae discimus".
😊❤💕
Tikala Baru, 7 Pebruari 2018.