Minggu, 13 Agustus 2017

KEKUATAN DOA

Suatu hari seorang wanita datang ke sebuah toko bahan makanan dan meminta bahan makanan agar dia dapat memasaknya untuk anak-anaknya.

Si pemilik toko bertanya kepada wanita itu, "Berapa uang yang engkau punya ...?"

Wanita itu menjawab, "Suamiku tewas tertembak dalam medan perang, aku tidak punya apa-apa untuk membelikan bahan makanan, kecuaLi DOA".

Si pemilik toko menjawab dengan ketus, "Tuliskan Doa'mu itu".

Wanita tersebut mengeluarkan secarik kertas dari dompetnya dan menyodorkan kepada si pemilik toko.

"Aku menulis Doa ini kemarin malam seraya menjaga bayiku yang sakit", kata wanita itu.

Si pemilik toko dengan kasar mengambil kertas itu dan menaruhnya di sisi timbangan kunonya.

Ia berkata, "Aku akan memberimu bahan makanan seberat bobot kertas ini".

Betapa terperanjat dia, tatkala ia menaruh sepotong roti di sisi lain dari timbangan tersebut, timbangan itu tidak bergerak sedikitpun. Ia menambahkan sebongkah keju, lalu sepotong daging. Namun timbangan itu tetap tidak bergeming. Akhirnya karena ia sudah menaruh begitu banyak bahan pangan, timbangan itu sudah tidak dapat memuat apa-apa lagi.

Si pemilik toko menyodorkan sebuah kantong kepada wanita itu dan berkata, "Anda sendiri sajalah yang memasukkannya ke dalam kantong itu".

Setelah selesai memasukkan bahan pangan ke dalam kantong tersebut, wanita itu pergi dengan air mata sukacita.
Si pemilik toko baru tahu bahwa timbangannya rusak tepat di saat dia menaruh KERTAS DOA wanita tersebut.

Dalam kepenasaran, si pemilik toko pun membaca DOA yang ditulis wanita tersebut..... "TUHAN BERIKANLAH KAMI PADA HARI INI MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA".


Betapa KEKUATAN DOA sanggup untuk melakukan sesuatu yang luar biasa dan mengerjakan perkara-perkara yang terlihat mustahil.




DOA MENGUBAH SEGALA SESUATU.


Deo gratias !

Pangolombian, Kota Tomohon, 13 Agustus 2017

Jumat, 28 Juli 2017

THE POWER OF GIVING

Seorang anak 10th bernama Clark pada suatu malam akan menonton sirkus bersama ayahnya. Ketika tiba di loket, Clark dan ayahnya antri di belakang serombongan keluarga besar yang terdiri dari bapak, ibu dan 8 orang anaknya.

Dari pembicaraan yang terdengar oleh Clark dan ayahnya, Clark tahu bahwa bapak dari ke 8 anak tadi telah bekerja extra untuk dapat mengajak anak-anaknya nonton sirkus malam itu.

Namun ketika sampai di loket dan hendak membayar, wajah bapak 8 anak tadi tampak pucat. Ternyata uang $40 yang telah dikumpulkannya dengan susah payah tidak cukup karena total harganya $60.

Pasangan suami istri itupun saling berbisik, bagaimana harus mengatakan kepada anak-anak mereka bahwa malam itu mereka batal nonton sirkus karena uangnya kurang. Sementara anak-anaknya tampak begitu gembira dan sudah tidak sabar lagi untuk segera masuk.

Tiba-tiba ayah Clark menyapa bapak 8 anak tadi dan berkata : "Maaf pak, uang ini tadi jatuh dari saku bapak sambil menjulurkan lembaran $20 dan mengedipkan sebelah matanya".

Bapak 8 anak tadi takjub dengan apa yang dilakukan ayah Clark. Dengan mata
berkaca, ia menerima uang itu dan mengucapkan terima kasih kepada ayah Clark dan mengatakan betapa $20 itu sangat berarti bagi keluarganya.

Setelah rombongan tadi masuk, Clark & ayahnya bergegas pulang. Mereka batal nonton sirkus, karena uang sudah diberikan kepada bapak 8 anak tadi.

Malam itu Clark merasa sangat bahagia. Ia tidak dapat menyaksikan sirkus, tetapi ia telah menyaksikan 2 orang Bapak HEBAT.


Moral cerita :

Kebahagiaan tidak hanya diperoleh ketika menerima pemberian orang lain, tetapi juga pada saat kita MAMPU MEMBERI.

Ayah Clark telah memberi contoh yang baik kepada anaknya untuk menolong orang lain dengan cara yang sangat halus dan tidak menurunkan harga diri orang yang ditolong..

Ada kalanya kita menolong dan ada kalanya kita juga memerlukan pertolongan dari orang lain.

Milikilah jiwa MEMBERI selagi kita masih diberi kesempatan hidup.

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

"In lumine Tuo, videmus lumen".

Tikala Baru, 28 Juli 2017.

Rabu, 19 Juli 2017

KETIKA 8 x 3 = 23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta
pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata
kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam
dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.

Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga

Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.
-----------------------------------------------------------------------------

Non scholae sed vitae discimus !
Tikala Baru, 19 Juli 2017.

BAGAIMANA SEEKOR KERBAU BISA MATI HANYA KARENA OPINI

Ini kisahnya :

1. Sehabis pulang dari sawah KERBAU rebahan dikandang dengan wajah lelah dan nafas yang berat. datanglah seekor ANJING, kemudian kerbau berkata: "aah..temanku aku sungguh lelah dan kalau boleh besok aku ingin istirahat sehari saja"

2. ANJING pergi dan ditengah jalan dia berjumpa dengan KUCING yang sedang duduk di sudut tembok, kemudian anjing berkata: "tadi saya bertemu dengan kerbau dan dia besok ingin beristirahat dulu. sudah sepantasnya sebab boss beri kerjaan terlalu berat"

3. KUCING lalu bercerita kepada KAMBING : "Kerbau komplain boss kasi kerjaan terlalu banyak dan berat, besok dia tidak mau kerja lagi"

4. KAMBING pun bertemu AYAM dan dia berkata: "Kerbau tidak senang bekerja dengan boss lagi , mungkin ada pekerjaan yang lebih baik lagi".

5. AYAM pun berjumpa dengan MONYET dan dia bercerita pula: "Kerbau tidak akan kerja lagi untuk boss dan ingin kerja ditempat yang lain".

6. Saat makan malam MONYET bertemu BOSS dan berkata: "Boss, si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifat nya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja di boss yang lain"

7. Mendengar ucapan MONYET sang BOSS MARAH BESAR dan tanpa bertanya terlebih dahulu dia lalu menyembelih si KERBAU karena dinilai telah berkhianat kepadanya.


Ucapan asli kerbau: *"SAYA LELAH DAN BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI"* lewat beberapa teman ucapan ini telah berubah dan sampai kepada sang BOSS menjadi: "Si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan bossnya dan kerja pada boss yang lain".


Pelajaran yang dapat diambil :

1. Alangka baiknya SATU PEMBICARAAN BERHENTI hanya sampai di telinga kita saja dan TIDAK USAH sampai kepada telinga orang lain.

2. JANGAN TELAN BULAT-BULAT atau percaya begitu saja SETIAP BERITA atau perkataan orang lain sekalipun itu keluar dari mulut orang terdekat kita. Kita perlu CHECK and RECHECK KEBENARANNYA sebelum bertindak atau memutuskan sesuatu, konfirmasi dan crosscheck kepada sumbernya langsung.

3. KEBIASAAN MENERUSKAN PERKATAAN / berita dari orang lain bahkan dengan menambah atau menguranginya atau menggantinya dengan persepsi dan asumsi kita sendiri BISA BERAKIBAT FATAL.

4. BILA RAGU dengan ucapan / berita dari seseorang atau siapapun sebaiknya kita bertanya langsung kepada yang bersangkutan untuk MENANYAKAN KEBENARAN INFORMASINYA.


NOTE :
JADIKAN DIRI KITA sebagai FILTER sehingga kita tidak mendatangkan celaka bagi orang lain atau KEKELIRUAN INFORMASI.
-----------------------------------------------------------------

Pax Domini !

Tikala Baru, 19 Juli 2017.

Sabtu, 15 Juli 2017

SIAPA YANG MENABUR DIA YANG MENUAI


Seorang Petani Skotlandia mendengar jeritan minta tolong datang dari semak belukar di dekat rumahnya. Segera ia berlari dan menemukan seorang anak laki-laki sedang berjuang keluar dari lumpur yang hampir menenggelamkan seluruh tubuhnya.


Dengan sigap Petani itu menolong anak itu keluar dari lumpur itu.


Keesokan harinya Ayah dari anak itu, berkunjung ke rumah si Petani dan menawarkan hadiah sebagai tanda balas jasa karena menolong anaknya. Kebetulan Ayah anak itu seorang Saudagar kaya.


Dengan halus Petani itu menolak tawaran tersebut.
Sementara mereka berbicara, Saudagar itu melihat anak laki-laki si Petani sedang berdiri dekat pintu. Saudagar itu lalu menawarkan untuk menyekolahkannya.


Petani menerima tawaran itu dan memasukkan anaknya di sekolah Kedokteran St.Mary London.


Dikemudian hari anak Petani, yaitu Alexander Flemming namanya, tercatat dalam sejarah sebagai orang yang menemukan antibiotik Penicillin.


Beberapa tahun kemudian anak Saudagar kaya itu sedang mengalami sakit dalam
keadaan kritis karena terserang radang paru Pneumonia. Tapi beruntung nyawa anak Saudagar kaya itu selamat berkat obat penicillin yang ditemukan oleh Alexander Flemming.


Anak Saudagar kaya itu, kelak dikemudian hari ternyata menjadi Perdana Menteri Inggris yaitu Winston Churchill.
----------------------------------------

Tidak ada kebetulan dalam hidup ini, TUHAN-lah yang telah mengatur dan menuntun langkah kita, karena TUHAN punya rencana yang besar dalam hidup kita. Karena itulah milikilah respons yang benar dalam hidup ini.

Petani itu menabur kebaikan dan Saudagar menabur sedekahnya. Di kemudian hari keduanya menuai dari yang mereka tabur. Bukan hanya mereka bahkan.

Rajinlah Menabur Kebaikan karena suatu hari nanti kita akan menuai apa yang kita tabur dan kita tidak pernah tahu sampai kapan buah taburan kita tsb akan mengalir, krn begitu luar biasa besar anugrah-Nya.

Galatia 6:9 -
"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah".


Tikala Baru, 15 Juli 2017.

Sabtu, 08 Juli 2017

POSITIVE THINKING



"Bro, aku lagi butuh 500 ribu, penting
banget, darurat, Please, tolong pinjami aku dulu ya."

Sahabatnya membalas: "Tunggu barang setengah jam ya bro, secepatnya nanti aku transfer".

Sudah lewat dari 1/2 jam,satu jam,dua jam, tapi sahabatnya tidak juga memberi kabar.
Ketika di telepon pun ternyata HP nya tidak aktif.

Ia pun mengirim SMS : "Selama ini aku tidak pernah mengecewakanmu brooo, Tapi kenapa sekarang engkau lari dariku?! Apa salahku?!"

Setelah dibaca, sahabatnya menelepon kembali dan berkata:
Ya ampun, aku tidak bermaksud mematikan HP untuk lari darimu. Aku mematikan HP karena aku sedang menjual HPku untuk membantu kebutuhanmu.
Lalu, dari sisa penjualan, aku belikan HP second yang murah agar bisa menghubungimu.
-----------------------------

Sahabat ku......
Manusia hari ini suka berprasangka karena lingkungan yang suka mempengaruhi.

Ada sangkaan baik,
dan ada sangkaan buruk.

Orang yang bersantai,
disangka malas.

Orang yang pakai baju baru. disangka pamer.

Orang yang pakai baju buruk, disangka tidak hormat.

Orang makan banyak,
 disangka rakus.

Orang makan sedikit,
 disangka “diet” ketat.

Orang baik, disangka buruk.
Orang buruk, disangka baik.
Orang tersenyum, disangka mengejek.
Orang bermuka masam, disangka menyindir.
Orang mengkritik, disangka tidak senang.
Orang diam, disangka menyendiri
Orang menawan, disangka pakai susuk.

Siapa tahu..
Yang diam itu karena berdoa kepada Tuhan:

Siapa tahu...
Yang tersenyum itu karena beramal

Siapa tahu...
Yang bermuka masam itu karena mengenang dosa-dosanya;

Siapa tahu...
Yang menawan itu karena bersih hati dan pikirannya;

Siapa tahu...
Yang ceria itu karena cerdas pikirannya & senantiasa mengingat Tuhan

Siapa tahu..
Yang sering ikut keagamaan itu karena merasa masih kurang ilmu...


Mari Hilangkan pikiran negatif,
Kembangkan energi positif,
Biasakan berpikir positif,
Berikan seribu alasan kebaikan kepada sahabat, Agar hidup ini lebih inspiratif.









Tetap tersenyum,
Tetaplah SEMANGAT memperbaiki hati.

Tikala Baru, 8 Juli 2017.

Selasa, 13 Juni 2017

THE POWER OF GIVING



Disebuah desa yang subur, hiduplah 2 orang lelaki bersaudara.

Sang kakak telah berkeluarga dengan 2 orang anak, sedangkan si adik masih melajang.

Mereka menggarap satu lahan berdua dan ketika panen, hasilnya mereka bagi sama rata.

Disuatu malam setelah panen, si adik duduk sendiri dan berfikir. "pembagian ini sungguh tidak adil, seharusnya kakakku lah yang mendapat bagian lebih banyak karena dia hidup dengan istri dan kedua anaknya.

"Maka dimalam yang sunyi itu diam2 dia menggotong satu karung padi miliknya dan meletakkanya dilumbung padi milik kakaknya".

Ditempat yg lain, sang kakak juga berfikir, "pembagian ini adil jika adikku mendapat bagian yang lebih bnyak, karena ia hidup sendiri, jika terjadi apa2 dengannya tak ada yang mengurus, sedangkan aku ada anak dan istri yg kelak merawatku."

Maka sang kakakpun bergegas mengambil satu karung dari lumbungnya dan mengantarkan dengan diam2 ke lumbung milik sang adik.

Kejadian ini terjadi bertahun-tahun.

Dalam benak mereka ada tanda tanya, kenapa lumbung padi mereka seperti tak berkurang meski telah menguranginya setiap kali panen?

Hingga disuatu malam yang lengang setelah panen, mereka berdua bertemu ditengah jalan.

Masing2 mereka menggotong satu karung padi.

Tanda tanya dalam benak mereka terjawab sudah, seketika itu juga mereka saling memeluk erat, mereka sungguh terharu ber urai air mata menyadari betapa mereka saling menyayangi.


Beginilah seharusnya kita bersaudara.

Jangan biarkan Harta menjadi pemicu permusuhan melainkan menjadi perekat yg teramat kuat diantara saudara

Kita akan hidup bahagia jika kita banyak memberikan cinta kasih kepada sesama

Kita tidak akan pernah kekurangan jika kita selalu berusaha mencukupi kehidupan orang lain.

Kita tidak akan mendapat kesusahan jika kita selalu berusaha membahagiakan
orang lain !

Semoga !



Tuhan memberkati.
Salam damai Kristus !

Tikala Baru, 13 Juni 2017.



POLA PIKIR TERBALIK



Orang miskin :

"Pak tolong dibuatkan parcel yang bagus dan mahal, karna itu akan saya hadiahkan untuk boss saya".

Orang kaya raya :

"Pak tolong dibuatkan parcel yang paling murah, karena itu akan saya hadiahkan untuk karyawan2 bawahan saya".

Pertanyaan menariknya adalah :
■ Siapa yang lebih miskin ?
■ Siapa yang lebih kaya ?
■ Siapa yang lebih baik ?

Saya rasa jawabannya tidak usah dibahas lagi.

Begitulah kita sebagai manusia, terkadang berpikirnya sering terbalik-balik.
Kepada orang yang seharusnya pantas disantuni, justru kita jadi sangat pelit.

Kepada orang yang berkelimpahan harta, kita justru jadi sangat royal.

Kepada orang lemah/bawah yang seharusnya kita berlemah-lembut kepadanya, justru kepadanya kita jadi sangat kasar dan jahat dalam ucap, maupun sikap.

Kepada orang yang sepantasnya kita tegur, karna kesombongan dan kejahatannya, justru kita jadi sangat hormat.

Kepada orang yang setiap hari makan mewah, kita mengundangnya dalam pesta dengan suguhan makanan yang 'wah' dan melimpah.

Tetapi Kepada orang yang hari ini bisa makan dan besok bisa jadi dia lapar, justru kita memberinya makanan sisa, yang kita sendiri sudah tidak mau.

Begitulah kebanyakan manusia. Sering berpikir terbalik-balik.

*"Bila mau mengukur kebaikan seseorang, lihatlah cara dia memperlakukan orang-orang dibawahnya atau orang-orang yang tidak memberi keuntungan apapun kepadanya"*.

Mudah-mudahan kita bukan termasuk orang yang "terbalik", dan selalu memperbaiki diri, untuk menjadi pribadi yang terbaik !

Tuhan memberkati. Salam damai Kristus !


Tikala Baru, 13 Juni 2017.

Jumat, 02 Juni 2017

TERSENYUMLAH DENGAN HATIMU

Ini adalah kisah dari milis warga Indonesia yang bermukim atau pernah bermukim
di Jerman (True Story) :

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.
Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.
Tugas terakhir dosen yang diberikan kepada mahasiswanya diberi nama "Smiling."

Seluruh mahasiswa diminta untuk memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.

Setelah itu setiap mahasiswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.
Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami san anak bungsu saya yang menunggu di taman kampus, lalu pergi ke restoran Mc Donald yang berada di kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya minta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk dan saya saja yang ikut antrian.

Ketika saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Perasaan panik menguasai diri saya, ketika melihat mengapa mereka semua menyingkir ?

Saat berbalik, saya membaui suatu 'bau badan kotor' yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil.
Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja
mata saya menatap laki-laki yang lebih
pendek, dan ia sedang 'tersenyum' ke arah saya.

Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang.
Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day !" sambil tetap tersenyum. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.

Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah 'penolong'-nya.

Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.

Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."

Ternyata dari koin yang dia pegang hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka. (Aturan di restoran di Jerman, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.

Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya
menanyakan apa yang ingin saya pesan ?

Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya.

Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat.

Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap : "Makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua".

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca-kaca dan dia hanya mampu berkata : "Terima kasih banyak, nyonya".

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Allah juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata : "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku !"

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikan-NYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan
meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap : "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan oleh-NYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya kearah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Allah itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke College, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya.

Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata : "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain ?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para mahasiswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.

Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya,
membuat para mahasiswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para mahasiswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.

"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan cara-NYA sendiri, Allah telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di sekitar suamiku, anakku, guruku, dan setiap mahasiswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.

Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."




Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para
pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara :

*Mencintai Sesama Dengan Memanfaatkan Sedikit Harta Benda Yang Kita Miliki, Dan Bukannya Mencintai Harta Benda Yang Bukan Milik Kita, Dengan Memanfaatkan Sesama.*

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda.

Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya.

Orang bijak mengatakan :
"Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang
bijak' yang akan meninggalkan Jejak di dalam hatimu".

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan hatimu.

Sekian.
Pax Domini !











Tikala Baru - Manado, 2 Juni 2017.
Memperingati Hari Kelahiran ke 60 tahun.
Ad multos annos !


SECARIK TIKET KERETA

Dalam suatu kereta Ekonomi yang non AC, seorang Eksekutif muda, dengan jas elegan naik di sana. Sesak2an dengan  penumpang lain. Sesaat kemu...